Minggu, 30 Mei 2010

Pemanfaatan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika

pemanfaatan lingkungan sekitar terhadap pembelajaran matematika
A. Pembelajaran Operasi Aljabar Dengan Media Daun

a. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang diuraikan pada subbab ini terdiri dari dua bagian, yaitu persiapan pembelajaran dan kegiatan penyajian.

1. Persiapan Pembelajaran
Pembelajaran operasi aljabar melalui pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media daun ini dimulai dengan penyusunan program pembelajaran yang akurat. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Penyusunan Program Tahunan dan Program Semester.
b) Penyusunan Silabus.
c) Membuat Pemetaan Aspek Penilaian.
d) Membuat Pengembangan Sistem Penilaian.
e) Membuat Rencana Pembelajaran dan Umpan Balik Pembelajaran.
f) Merancang kelompok belajar sesuai dengan pembelajaran kontekstual.
g) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

Semua program di atas disusun dengan harapan proses pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan. Kompetensi dasar “Melakukan operasi pada bentuk aljabar” dialokasi dalam waktu 8 jam pelajaran. Indikator “Menyelesaikan operasi hitung (tambah, kurang, kali, dan bagi) suku sejenis dan tidak sejenis” dialokasi dalam waktu 4 jam pelajaran. Aspek yang dinilai meliputi pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah. Sistem penilaian yang digunakan adalah: jenis tagihan: tes, teknik: tes harian, bentuk instrumen: uraian.
Rencana pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan media daun. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah 5 siswa/kelompok. Dalam satu kelas, jumlah siswa 25 anak dibagi menjadi 5 kelompok. Pembentukan kelompok didasarkan penyebaran tingkat kemampuan, agama, etnis, dan lain-lain. Masing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang berimbang.Kegiatan pembelajaran tertuang dalam rencana pembelajaran.
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat khusus untuk materi operasi aljabar terdiri dari 2 bagian, yaitu penjumlahan dan pengurangan serta perkalian dan pembagian. Dalam setiap LKS terdapat soal yang harus dikerjakan secara berkelompok dan soal untuk mengetahui pemahaman anggota kelompok yang harus dikerjakan secara individual.Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pencapaian hasil belajar dapat dilihat pada hasil penilaian. Di samping itu dapat dilihat juga dari umpan balik pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari angket siswa.

2. Kegiatan Penyajian

Pembelajaran dilakukan pada materi “Aljabar dan Aritmetika Sosial” yang diberikan di kelas VII semester 1. Kelas VII SMP Negeri 3 Munjungan I terdiri dari 3 kelas, yaitu VII A, VII B, dan VII C dengan jumlah siswa masing-masing kelas 25 orang. Semua kelas termasuk kelas heterogen.Penyajian pembelajaran operasi pada bentuk aljabar dengan menggunakan media daun disajikan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas operasi penjumlahan dan pengurangan, sedangkan pertemuan kedua membahas operesi perkalian dan pembagian.
Pada awal pembelajaran pada pertemuan pertama, guru memberikan apersepsi dengan menanyakan jumlah siswa putra dan jumlah siswa putri. Guru menanyakan jumlah dan selisih buku yang dibawa siswa putra dan siswa putri jika masing-masing membawa dengan ketentuan jumlah yang berbeda. Kemudian siswa diingatkan kembali tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan serta bentuk dan unsur-unsur aljabar. Sedangkan pada awal pertemuan kedua, siswa diingatkan kembali tentang operasi perkalian dan pembagian serta sifat-sifatnya.
Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah direncanakan. Tiap kelompok diberi tugas menyelesaikan Lembar Kerja yang telah disiapkan guru. Sebelum mengerjakan, siswa diberi petunjuk cara menyelesaikan Lembar Kerja dengan menggunakan media daun.
Daun diperoleh di halaman sekolah. Setiap kelompok mengumpulkan tiga jenis daun dengan jumlah masing-masing 20 lembar. Daun tersebut harus dengan tangkainya. Piranti lainnya adalah tali rafia, selotif, gunting, pisau, spidol kertas, dan bolpoin.

A. Petunjuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar dengan menggunakan media daun sebagai berikut.


Misalkan media daun yang digunakan sebagai berikut.
Lambang Nama Daun
x Daun Mangga
y Daun Pandan wangi
z Daun Sanseivera

1) Penjumlahan

a). Suku dengan koefisien positif dilambangkan dengan daun tegak, sedangkan suku dengan koefisien negatif dilambangkan dengan daun dalam posisi terbalik.

b). Menjumlahkan suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3x + 2x berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, hasilnya 5 daun mangga..Artinya 3x + 2x = 5x.

c). Menjumlahkan suku sejenis tetapi berlainan koefisien berarti mengurangkan. Misalkan z + (–2z) berarti 1 daun sanseivera digabungkan dengan 2 daun sanseivera (posisi terbalik), hasilnya 1 daun sanseivera yang posisinya terbalik. Hal tersebut diartikan z + (–2z) = – 1z = –z.

d). Menjumlahkan suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun- daun yang sejenis. Misalkan 3x + z + 2x + (–2z) berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, sedangkan 1 daun sanseivera digabungkan dengan 2 daun sanseivera (terbalik). Hasilnya 5 daun mangga dan 1 daun sanseivera (terbalik). Ini berarti 3x + z + 2x + (–2z) = 5x + (–z) = 5x – 2z.

2) Pengurangan

a). Mengurangkan berarti menjumlahkan dengan kebalikannya. Misalkan 2x – 5x diubah menjadi 2x + (–5x). Artinya 2 daun mangga digabungkan dengan 5 daun mangga (terbalik). Hasilnya 3 daun mangga terbalik, artinya 2x – 5x = –3x. Sedangkan –3y + 4z – (–2y) diubah menjadi –3y + 4z +2y berarti 3 daun pandan wangi (terbalik) digabungkan dengan 2 daun pandan wangi hasilnya 1 daun pandan wangi (terbalik), sedangkan 4 daun sanseivera tetap. Artinya –3y + 4z – (– 2y) = –y + 4z.

b). Ketentuan lain sama dengan penjumlahan.

3). Perkalian

a). Koefisien tidak dilambangkan dengan jumlah daun sehingga dalam perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien seperti operasi bilangan bulat.

b). Variabel dilambangkan dengan daun dalam posisi berjajar. Misalkan xy dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun pandan wangi.

c). Tanda pangkat dilambangkan dengan daun yang diikat dengan tali rafia sebanyak pangkatnya. Misalkan x x dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun mangga, dan selanjutnya dapat diwakili oleh satu daun mangga yang diikat dengan 2 tali (sama juga dengan dua daun mangga tersebut yang diikat jadi satu dengan 2 tali raffia). y2z dilambangkan dengan satu daun pandan wangi yang diikat 2 tali dijajar dengan satu daun sanseivera.

d). Dalam mengerjakan perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien sedangkan variabel dikalikan dengan variabel. Misalkan 3xz (–2z) berarti koefisiennya: 3 (–2
= –6, sedangkan variabelnya: xz z dilambangkan dengan satu daun mangga, satu daun sanseivera, dan satu daun sanseivera. Karena daun sanseivera ada dua lembar, maka bentuk di atas menjadi satu daun mangga dan satu daun sanseivera yang diikat dengan dua tali. Artinya 3xy (–2y) = [3 (–2)] [ xy y ] = –6 xy2.

4). Pembagian

a). Pembagian variabel dilambangkan dengan pengurangan daun yang mewakili variabel yang dibagi oleh daun yang mewakili variabel pembagi. Variabel yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan variabel pembagi diletakkan di bagian bawah. Misal x2y3z : x2y dilambangkan dengan 2 daun mangga, 3 daun pandan wanngi, dan 1 daun sanseivera dikurangi dengan 2 daun mangga dan 1 daun pandan wangi. Hasilnya adalah sisa pengurangan tersebut yaitu 2 daun pandan wangi dan 1 daun sanseivera. Jadi, x2y3z : x2y = y2z.
Cara lain: x2y3z : x2y dilambangkan dengan cara berikut.
Yang dibagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, daun pandan wangi diikat dengan 3 tali, dan satu daun sanseivera
Pembagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, dan satu daun pandan wangi
Hasilnya sama dengan cara sebelumnya.

b). Ketentuan lain sama dengan perkalian.

5). Substitusi

a). Substitusi dilakukan dengan menempelkan kertas yang diberi angka pada daun yang maksud. Misalkan x = 3 dan y = –10 disubstitusikan pada –2x + z, maka dua daun mangga ditempeli kertas bertuliskan angka 3 dan satu daun sanseivera ditempeli selotif bertuliskan angka –10. Hasilnya adalah (–2 3) + (1 –10) = –6 + (–10) = –16.

b). Pengerjaan operasi gabungan tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat disesuaikan dengan urutan pengerjaan operasi pada bilangan.

B. Pengerjaan Lembar Kerja Siswa


Lembar Kerja Siswa (LKS) dikerjakan secara berkelompok dengan harapan terjadi komunikasi antar anggota kelompok. Pada saat diskusi pleno bisa terjadi komunikasi antar kelompok. LKS didesain sedemikian rupa supaya dalam penyelesaian terjadi diskusi untuk mendapatkan hasil sampai pada kesimpulan dari generalisasi pekerjaan dalam lembar kerja.

1). Penjumlahan

Kegiatan ini dimulai dengan menjumlahkan dua suku sejenis dengan koefisien positif dan atau negatif yang mudah, sehingga jumlah daun mencukupi untuk praktik. Soal-soalnya sebagai berikut:

a. 2x + 3x = ….., d. 9y + 4y = ….., g. 15z + 33z = ….,
b. –3y + (–4y) = …. e. –7z + (–9z) = ….., h. –29x + (–10x) = …..,
c. –3x + 2x = ….., f. 4x + (–13x) = ….., i. –24x + 45x = ….

Pada saat mengerjakan soal g, h, dan i terjadi diskusi kelompok karena jumlah daun yang digunakan tidak mencukupi. Namun tidak ada kelompok yang tidak dapat menyelesaikannya karena materi operasi bilangan sudah pernah diajarkan.
Berikutnya diberikan soal-soal penjumlahan suku tidak sejenis. Soalnya sebagai berikut.
a. 2x + 9y = …. d. 15x2 + (–24x) + 33x2 = ….,
b. 3y + (–7z) + (–4y) = ….., e. –29xz + 45z + (–10xz) + 3z = …..,
c. –13y + 32z + 53y + 24x = ….., f. 4x + 10 + (–13x) + 214 = …..

Pada saat mengerjakan soal d, e dan f terjadi diskusi karena muncul suku yang tidak dapat dilambangkan dengan daun, yaitu variabel x2, variabel xz, dan konstanta. Pada saat ini bagi siswa atau kelompok yang belum dapat menemukan jawabannya diarahkan untuk menggeneralisasikan dari jawaban a, b, dan c.
2). Pengurangan
Kegiatan pengurangan hanya dilakukan untuk dua suku sejenis. Sedangkan pengurangan suku tidak sejenis tidak dibahas karena konsepnya sudah dapat dipahami jika siswa tuntas pada soal-soal sebelumnya.
Soal pengurangan suku sejenis sebagai berikut.
a. 3x – 2x = ….., d. 9y – 4y = ….., g. 15z – 33z = ….,
b. –3y – (–4y) = …. e. –7z – (–9z) = ….., h. –29x – (–10x) = …..,
c. –3x – 2x = ….., f. 4x – (–13x) = ….., i. –74x – 45x = ….

Pada saat pengerjaan pengurangan tidak ada masalah yang muncul, karena semua siswa sudah memahaminya berdasarkan materi penjumlahan suku sejenis sebelumnya.
Ada pun soal-soal substitusi pada penjumlahan dan pengurangan sebagai berikut. a. Jika x = 3, y = –4, dan z = 1, tentukan nilai dari soal-soal di atas!
b. Jika x = –3, y = 1, dan z = –1, tentukan nilai dari soal-soal di atas!
Dalam mengerjakan substitusi, sebagian besar siswa dan kelompok tidak mengalami masalah karena mereka sudah tuntas pada materi “Bilangan Bulat”.

3). Perkalian
Dalam pembelajaran perkalian, penggunaan koefisien tidak berpengaruh terhadap penggunaan media daun, karena koefisien dikerjakan dengan operasi hitung bilangan yang sudah dipelajari dalam Bab I
Soal-soalnya sebagai berikut.

a. x x = ….. e. x2 x = ….. i. z14 z21 = …..
b. x y = …. f. 2x 3xy = …… j. x21y z23 = …..
c. 2x 3z = ….. g. 5y2 5y2 = ….. k. x13y14z9 x32z31 = …..
d. –3y (–z) = …. h. 4y8z (–2y5x) = …. l. 3x2y (–y3z2) z5 = …..

Pada saat pengerjaan soal perkalian ini, siswa mengalami kesulitan pada i, j, k, dan l karena jumlah media daun yang digunakan tidak mencukupi. Guru mengarahkan agar siswa menggeneralisasikan dari jawaban soal-soal sebelumnya.

4). Pembagian

Kegiatan pembagian dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan perkalian, dimana koefisien dikerjakan terpisah dengan variabel. Suku yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan suku pembagi diletakkan di bagian bawah.
Soal-soalnya sebagai berikut.
a. x : x = …. e. z24 : xz3 = ….
b. x2 : x = …. f. x21y : z23 = …..
c. x2y : x = …. g. 12x13y14z9 : x32z31 = ….
d. 9y3z : (–3x) = …. h. 24y8z : (–2y5x) = ….

Pada saat pengerjaan soal pembagian ini, siswa mengalami kesulitan pada e,f, g, dan h, karena jumlah media daun yang digunakan tidak mencukupi. Guru mengarahkan agar siswa menggeneralisasikan dari jawaban soal-soal sebelumnya.
Soal-soal substitusi untuk perkalian dan pembagian sama dengan soal untuk penjumlahan dan pembagian.

Dalam mengerjakan soal-soal substitusi, hampir semua siswa atau kelompok tidak mengalami masalah untuk bilangan dengan pangkat tinggi. Meskipun kesulitan sebagian siswa dalam mengerjakan perhitungan bilangan berpangkat tinggi tetap penulis perhatikan, namun hal tersebut bukan masalah pembelajaran dalam pertemuan tersebut karena tidak berhubungan dengan pemahaman konsep operasi aljabar (berhubungan dengan ketelatenan berhitung).

C. Hasil diskusi pleno

Setelah melakukan operasi bentuk aljabar melalui diskusi kelompok, siswa kembali ke kelas untuk melakukan diskusi pleno. Beberapa kelompok yang menurut penilaian guru melakukan langkah-langkah pembelajaran yang bermakna (berdasarkan penilaian otentik), disuruh untuk presentasi di depan kelas. Presentasi setiap operasi dilakukan oleh kelompok yang berbeda. Kelompok yang tidak sedang mempresentasikan hasil diskusinya diarahkan untuk menanggapinya sehingga diperoleh kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh dari diskusi pleno sebagai berikut.
1) Dua suku atau lebih dapat ditambahkan atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2) Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3) Operasi perkalian dan pembagian antara dua suku atau lebih pada bentuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel yang dapat disederhanakan adalah variabel-variabel sejenis. Variabel yang tidak sejenis tetap eksis.
4) Hasil perkalian dan pembagian dua variabel atau lebih dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu bentuk pangkat.
5) Tingkatan operasi pada bentuk aljabar sama dengan tingkatan operasi bilangan, yaitu:
a). pangkat dan akar
b) kali dan bagi
c). tambah dan kurang
b. Penilaian Proses Hasil Pembelajaran

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media daun pada operasi bentuk aljabar khususnya operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, dilakukan penilaian dengan berbagai cara (penilaian otentik). Penilaian yang dilakukan tidak hanya penilaian proses dan hasil tetapi juga menilai aktivitas pembelajaran. Penilaian proses dan hasil tidak dapat memonitor keberhasilan dalam membekali siswa pada kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama apabila aktivitas pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.

Karena itu, penilaian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pada saat diskusi kelompok dinilai dengan penilaian informal menggunakan format penilaian kerja kelompok (aktifitas siswa dalam pembelajaran). Pada saat diskusi kelompok terdapat masyarakat belajar (learning community). Antar siswa saling komunikasi, saling memberi, dan saling menerima, serta saling bertanya (questioning). Siswa dalam satu kelompok menemukan konsep (inquiry). Pengetahuan yang ditemukan pada kerja kelompok dibangun sendiri melalui Lembar Kerja Kelompok yang disiapkan (constructivism).

2. Pada saat diskusi pleno antar kelompok merupakan masyarakat belajar yang lebih luas (learning community). Hasil presentasi merupakan aspek penalaran dan komunikasi yang dinilai melalui rubric yang ditetapkan. Hasil presentasi terbaik merupakan contoh bagi kelompok yang lain (modeling). Setelah kegiatan diskusi pleno selesai, siswa diajak merefleksikan diri (reflecting).

3. Untuk mengetahui hasil belajar dinilai melalui tugas kelompok, tugas individu, dan ulangan harian. Pada saat menyelesaikan tugas kelompok dinilai berdasarkan hasil kelompok atau ketuntasan secara kelompok. Bagi kelompok yang masih mengalami kesulitan, dibimbing dan dianggap belum tuntas. Bimbingan guru merupakan remidi untuk menuntaskan hasil belajar siswa. Apabila secara kelompok telah tuntas, maka diberikan tugas individu untuk mengetahui hasil belajar secara individu.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran dapat diketahui dari angket umpan balik pembelajaran. Informasi yang diperoleh adalah:
a. Sikap kegemaran siswa terhadap model pembelajaran kontekstual
b. Pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap operasi pada bentuk aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,dan substitusi
c. Pendapat siswa apakah model pembelajaran yang diikuti masih perlu digunakan lagi.

C. Laporan Hasil Akhir Pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan pada materi operasi pada bentuk aljabar ini adalah pembelajaran kontekstual. Hasil belajar yang didapat dari proses pembelajaran memuat tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran kontekstual,maka dilakukan penilaian otentik.
Pembelajaran akan berhasil apabila penyusunan program, penyajian program, dan penilaiannya berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Program pembelajaran dirancang dengan matang. Penyajian program pembelajaran sesuai dengan program dan penilaiannya otentik, maka hasil belajar akan optimal. Dalam pembelajaran kontekstual pada operasi bentuk aljabar dengan menggunakan media daun terekam data sebagai berikut.

1. Pada diskusi kelompok, aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa 90% siswa melakukan aktivitas yang relevan dengan aspek yang diamati. Pada saat diskusi pleno, jumlah kelompok yang mempunyai tingkatan nilai cukup memuaskan dari deskripsi yang dinilai pada rubrik adalah 0 kelompok di kelas A, 1 kelompok di kelas B, dan 1 kelompok di kelas C.

2. Yang mengalami kesulitan (perlu bantuan) dalam mengerjakan tugas kelompok pada masing-masing kelas hanya 1 kelompok. Tugas individu sebanyak 75 siswa, 69 siswa mampu menjawab soal dengan benar (92%). Ulangan harian sebanyak 75 siswa, 73 siswa tuntas belajar. Dua siswa di kelas A tidak tuntas pada operasi pembagian.

3. Dari angket yang diberikan di 3 kelas, diperoleh data sebagai berikut.
a. Sikap kegemaran siswa terhadap model pembelajaran yang telah diikuti adalah sebagai berikut.
No Kelas Sangat Suka Suka Biasa Tidak Suka Jumlah
1 VII A 2 15 7 1 25
2 VII B 1 12 11 1 25
3 VII C 1 13 11 0 25
Jumlah 4 40 29 2 75

b. Pengaruh model pembelajaran terhadap tingkat pemahaman konsep matematika yang telah diajarkan adalah sebagai berikut.
No Kelas Sangat Mudah Mudah Biasa Sulit Jumlah
1 VII A 2 15 7 1 25
2 VII B 1 14 9 1 25
3 VII C 1 13 11 0 25
Jumlah 4 42 27 2 75

c. Pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang telah diikuti apakah perlu digunakan lagi adalah sebagai berikut.
No Kelas Sangat Suka Suka Biasa Tidak Suka Jumlah
1 VII A 2 15 7 1 25
2 VII B 1 12 11 1 25
3 VII C 0 17 7 1 25
Jumlah 3 44 25 3 75
Dari data di atas ternyata pembelajaran kontekstual disukai siswa dan perlu dilaksanakan kembali pada pembelajaran berikutnya.

B. PEMANFAATAN KERIKIL/KELERENG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Misal guru menyusun kerikil dalam bentuk susunan
Ada berapa strategi jawaban siswa :
(1) Menghitung satu demi satu, hingga mendapat jumlah seluruhnya.
(2) Menghitung jumlah kelereng disetiap baris (ada empat baris masing masing sembilan kelereng) lalu menjumlahkan seluruh baris.
(3) Menghitung jumlah kelereng disetiap kolom (ada Sembilan kolom masing–masing empat kelereng) kemudian menjumlahkan seluruh kolom.
19
Strategi kedua dan ketigalah sebagai modal dasar pementukan konsep dan makna perkalian. Empat ada sembilan buah atau sembilan sebanyak empat buah. Empat ada sembilan kali atau sembilan ada empat kali. Sehingga penjumlahan berulang ini bisa dinotasikan dengan 4 x 9 atau 9 x 4.

Minggu, 25 April 2010

Manfaat Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran Matematika

MANFAAT BARANG BEKAS DALAM SEBAGAI MEDIA
PEBELAJARAN MATEMATIKA

Berbagai bahan bekas yang selama ini dibuang karena dianggap tidak memiliki manfaat seperti kertas karton, tutup botol, plastik dan kotak korek api ternyata dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Medan, 25/5 (Roll News) - Berbagai bahan bekas yang selama ini dibuang karena dianggaptidak memiliki manfaat seperti kertas karton, tutup botol, plastik dan kotak korek api ternyatadapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Kepala Pusat Sumber Belajar dan Teknologi Kependidikan Serta Sumber Kurikulum(PSBTK-SK) Universitas Negeri Medan, Dr. Binari Manurung, MSi, di Medan, Senin,mengatakan, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutupendidikan di Indonesia mulai dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Mulai dari melengkapi sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium, menatar para guru,memberikan beasiswa pada siswa dan guru hingga meningkatkan peranan orang tua dalammembenahi sekolah lewat komite sekolah.

Cara lain yang tidak kalah pentingnya adalah dengan mengoptimalkan penggunaan mediapendidikan dalam kegiatan pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan mutu pendidikan."Hal ini terjadi karena dengan penggunaan media tersebut, pesan yang disampaikan olehpendidik dapat lebih mudah dimengerti atau dipahami oleh peserta didik," katanya. Ia mengatakan, salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai agar dapat meningkatkanmutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan berbagai barang bekas dan ini perlu lebihdioptimalkan.Untuk lebih mengoptimalkan media pembelajaran dari barang bekas tersebut tentunyadibutuhkan kreatifitas dan keinginan para pendidik untuk mencari, menemukan danmengembangkannya."Disinilah dibutuhkan kreatifitas guru untuk menciptakannya. Berbekal pengalamannya selamaini sebagai tenaga pendidik, hal itu tentunya tidaklah begitu sulit,"katanya. Menurut dia, media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materipelajaran tidaklah harus yang modern, mahal dan buatan pabrik, tetapi juga media sederhanadan murah yang dibuat dari bahan bekas ataupun sisa pakai yang ada dilingkunganmasing-masing.

Dan Paling tidak sedikitnya ada 18 model dari aneka barang bekas sisa pakai itu yang dapatdimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," katanya. Misalnya botol, gelas plastik serta kantong plastik dapat digunakan sebagai pengganti alat-alat laboratorium, tepatnya sebagai alat percobaan atau praktikum yang mudah dan murah. Kemudian tutup botol bekas, baik yang terbuat dari plastik maupun logam dari berbagai ukurandan warna dapat digunakan untuk klasifikasi jenis.Dengan bahan bekas sisa ini peserta didikdapat dilatih dalam menggolong-golongkan menurut ukuran dan warnanya. Begitu juga dengan bola lampu bekas yang dapat dipakai sebagai untuk penunjukkanpemuaian zat cair.Caranya adalah mengisi penuh bola lampu itu dengan air dan kemudianditutup dengan gabus berlubang.

Kemudian kedalam lubang gabus itu dimasukkan pipet bekas.Bila bola lampu itu dipanaskandiatas api, maka akan terlihat air naik melalui pipa pengisap tersebut. Bahkan, jelasnya, masih banyak contoh lain dari pemanfaatan barang bekas itu untuk prosesbelajar mengajar, seperti batang arang baterai, karton tempat telur, tusuk gigi dan bola plastik. "Kemauan dari guru untuk mencari model-model lain sangat dibutuhkan hingga dimasamendatang lebih banyak lagi media pembelajaran dari bahan bekas yang dapat dimanfaatkan,"katanya. Kemudian Kertas karton, tutup botol, plastik, kotak korek api, serta berbagai bahan bekas lain yang selama ini dibuang karena dianggap tidak bermanfaat ternyata bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Pusat Sumber Belajar dan Teknologi Kependidikan dan Sumber Kurikulum (PSBTK-SK) Universitas Negeri (USU), Medan, Sumatera Utara, Dr Binari Manurung, MSi, di Medan, Senin (25/5). Binari mengatakan, banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia mulai tingkat TK hingga perguruan tinggi. Upaya tersebut mulai dari melengkapi sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium, menatar para guru, memberikan beasiswa pada siswa dan guru, sampai peningkatan peranan orangtua dalam membenahi sekolah lewat komite sekolah.
Cara lain tidak kalah pentingnya adalah mengoptimalkan penggunaan media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu diyakini Binari dapat meningkatkan mutu pendidikan. "Dengan penggunaan media tersebut, pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat lebih mudah dimengerti atau dipahami oleh peserta didik," kata Binari. Dia menambahkan, salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai agar dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan berbagai barang bekas yang perlu lebih dioptimalkan. Hanya saja, kata Binari, untuk lebih mengoptimalkan media pembelajaran dari barang bekas tersebut dibutuhkan kreativitas dan keinginan para pendidik untuk mencari, menemukan, dan mengembangkannya. "Di sinilah dibutuhkan kreativitas guru untuk menciptakannya. Berbekal pengalamannya selama ini sebagai tenaga pendidik, hal itu tentunya tidaklah begitu sulit," katanya. model aneka barang bekas Menurut Binari, media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran tidaklah harus yang modern, mahal, dan buatan pabrik. Media sederhana dan murah terbuat dari bahan bekas atau sisa pakai yang ada dan tersedia di lingkungan masing-masing pun bisa dimanfaatkan.

"Paling tidak sedikitnya ada 18 model dari aneka barang bekas sisa pakai itu yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," katanya. Sebutlah, Binari mencontohkan, botol, gelas plastik, dan kantong plastik yang dapat digunakan sebagai pengganti peralatan laboratorium. Alat-alat tersebut bisa digunakan sebagai alat percobaan atau praktikum yang mudah dan murah. Tutup botol bekas, misalnya, baik yang terbuat dari plastik maupun logam dari berbagai ukuran dan warna dapat digunakan untuk klasifikasi jenis. Dengan bahan bekas sisa ini, tambah Binari, peserta didik dapat dilatih dalam menggolong-golongkan benda menurut ukuran dan warnanya. Begitu juga dengan bola lampu bekas yang dapat dipakai untuk penunjukan pemuaian zat cair. Caranya, isi penuh bola lampu tersebut dengan air, lalu tutup bola lampu dengan gabus berlubang. Masukkan pipet bekas ke dalam lubang gabus tersebut. Alhasil, bila bola lampu dipanaskan di atas api, seketika akan terlihat air naik melalui pipa pengisap tersebut. Bahkan, jelas Binari, masih banyak contoh lain pemanfaatan barang bekas untuk proses belajar mengajar. Batang arang baterai, karton tempat telur, tusuk gigi atau bola plastik.
a. Pasanglah pada papan peraga menjadi 4 kelompok, sampai tutup odol yang kamu ambil habis. Sehingga tampak seperti gambar:





b. Hitunglah berapa jumlah tutup odol pada masing-masing kelompok ? (Jumlahnya 2 buah).
Jadi 8 : 4 = 8 – 2 – 2 – 2 – 2
= 2
8 : 4 = 2
2. Tulis soal lagi seperti 15 : 3
Peragaan:
a. Ambil 15 buah tutup odol
b. Pasanglah pada papan peraga menjadi 3 kelompok, sampai tutup odol yang kamu ambil habis sehingga tampak seperti gambar di bawah ini:






c. Hitunglah berapa banyak tutup odol pada masing-masing kelompok. (Jumlahnya 5 buah).
Jadi 15 : 3 = 15 – 5 – 5 – 5 sebanyak 3 kali.
Jadi 15 : 3 = 5
Konsep Dasar Operasi Hitungan Bilangan Bulat
dengang menggunakan Papan Magnetik dan Permainan CD Warna di Kelas V Sekolah Dasar

Konsep dasar adalah rancangan atau ide atau pengertian yang menjadi landasan atau pokok.
Papan berarti kayu (besi, batu, dan sebagainya) yang lebar dan tipis (Sri Sukersi, 1990 : 647).
Magnetik berarti bersifat seperti magnet sehingga dapat tarik menarik maupun tolak menolak sesuai dengan sifata-sifat yang dimiliki magnet.
“Metode adalah cara guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu” (Subyekti , 2004 : 9).
Permainan CD Warna adalah sebuah metode permainanan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CD bekas yang ditutup kertas berwarna yang berisi tugas-tugas/ soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
a. Langkah persiapan
1). Guru mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu berupa Papan Magnetik dan Alat CD warna
a). Cara membuat Papan Magnetik dan CD warna
(1) Alat dan bahan
Alat :
(a) Gergaji
(b) Gunting
(c) gegep
(d) Palu
(e) Meteran
Bahan :
(a) Triplek bekas
(b) Seng bekas
(c) ban bekas
(d) Kayu bekas
(e) Louspeker bekas
(f) Tutup odol bekas
(g) Lem weber
(h) Serbuk gergaji
(i) Kertas warna (lauco)
(j) CD bekas
(k) Spidol besar
(2) Cara pembuatan Papan Magnetik :
(a) Potong triplek dengan ukuran 30 x 45 cm
(b) Pada bagian bawah tempelkan seng dengan ukuran 30 x 30cm sebagai tempat peragaan, sehingga tampak seperti gambar 2.1 di bawah ini.
trplek 30 cm
45 cm
Potongan seng 30 cm
Gambar 2.1 Papan magnetik dengan potongan seng di atasnya.
(c). Berilah cat sesuai selera, dan pada triplek bagian atas kanan tuliskan KETERANGAN, dan pada bagian bawahnya tempelkan tumpul odol merah dengan keterangan POSITIF dan bagian bawahnya tempelkan tutup odol putih dengan keterangan NEGATIF.
(d). Tempelkan tempat menempelkan CD yang berasal dari wadah CD .

tutup odol POSITIF Tempat CD
NEGATIF


seng peragaan


Gambar 2.2 Papan magnetik sudah memuat keterangan tutup odol dan wadah CD.
(d) Buatlah bingkai les pinggir sehingga tampak seperti gambar 3.2 di bawah















Gamba 2.3 papan magnetik sudah jadi
(e). Campurlah lem weber dengan serbuk gergaji dan masukkan pada lubang tutup odol, kemudian tempelkan pecahan magnet, dan biarkan sampai kering.
b). Cara membuat CD warna
(1) Buatlah lingkaran dari kertas lauco ( berwarna) dengan menggunakan keping CD bekas sebagai ukurannya.
(2) Bedakan keping CD bekas dalam 4 warna untuk membedakan jenis soal.
(3) Tulislah soal pada bagian dalam keping CD sesuai dengan warna dan ketentuan soal.






2.4 CD warna sudah jadi lengkap dengan contoh soal.
Keterangan :
4 warna yang ada pada alat CD warna sebagai warna yang terdapat dalam CD Pilihan yang berisi soal-soal latihan.



2.5 Gambar keping CD dalam 4 buah warna
o CD Kuning berisi soal-soal latihan penjumlahan bilangan bulat positif + positif/ negatif + negatif.
o CD Merah berisi soal-soal latihan penjumlahan bilangan bulat
Negatif + positif/ positif + negatif.
o CD Hijau berisi soal-soal latihan pengurangan bilangan bulat
positif - positif/ negatif - negatif.
o CD Merah berisi soal-soal latihan pengurangan bilangan bulat Negatif - positif/ positif – negatif.

PENGGUNAAN PAPAN MAGNETIK PADA OPERASI PENJUMLAHAN
Langkah-langkah :
1. Pajangkan papan peraga
2. Tuliskan soal pada bagian operasi sehingga tampak seperti gambar di bawah ini.
a. 6 + (- 4) = ....... ?
Peragaan:
1) Masukkan enam tutup odol merah dan empat tutup odol putih. Seperti tampak pada peragaan berikut:




2) Pasanglah satu-satu tutup odol merah dengan tutup odol putih, yang punya pasangan dikeluarkan.




Di keluarkan

Sisa tinggal 2 tutup odol warna merah, berarti posiif 2.
Jadi 6 + (- 4) = 2
b. – 6 + 4 = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan enam tutup odol warna putih dan empat tutup odol warna merah.




2) Pasanglah satu-satu tutup odol putih dengan merah, yang punya pasangan dikeluarkan.

Dikeluarkan


3) Sisa tinggal 2 tutup odol putih berarti negatif 2.
Jadi -6 + 4 = -2
c. 4 + (- 6) = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol merah dan enam tutup odol putih.



2) Pasanglah satu-satu tutup odol merah dengan putih, yang punya pasangan dikeluarkan.

Dikeluarkan

3) Sisa tinggal 2 tutup odol warna putih berarti negatif 2.
Jadi 4 + (- 6) = - 2
d. - 4 + 6 = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol putih dan 6 tutup odol merah.



2) Pasanglah satu-satu tutup odol putih dengan tutup odol merah, yang punya pasangan dikeluarkan.


dikeluarkan

3) Sisa tinggal 2 tutup odol merah, berarti positif 2.
Jadi -4 + 6 = 2.
e. - 4 + 4 = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol warna putih dan 4 tutup odol warna merah


2) Pasanglah satu-satu tutup odol putih dan tutup odol merah, yang punya pasangan dikeluarkan.



dikeluarkan
3) Semua punya pasangan dan sudah dikeluarkan. Sisa tidak ada berarti nol (0).
Jadi -4 + 4 = 0.

3. Tulis beberapa soal lagi, biarkan siswa melakukan eksplorasi sehingga menemukan konsep penjumlahan bilangan bulat sama dengan melakukan pengurangan dan setiap bilangan bulat dijumlah dengan lawan hasilnya 0 (nol).

PENGGUNAAN PAPAN MAGNETIK PADA OPERASI PENGURANGAN
Langkah-langkah :
1. Pajangkan papan peraga
2. tempelkan CD Warna pada bagian operasi sehingga tampak seperti gambar di bawah ini.






2.6. Gambar Peragaan Pengurangan
3. Bimbinglah siswa untuk melakukan eksplorasi dalam peragaan. Seperti berikut ini.
a. 6 – 4 = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 6 tutup odol merah pada papan peragaan. Seperti berikut.



2) Keluarkan empat tutup odol merah tersebut seperti berikut:


Dikeluarkan
3) Sisa tingga 2 tutup odol merah berarti positif 2.
Jadi 6 – 4 = 2.

b. 4 – 6 = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol merah.






2) Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus dikeluarkan 6 tutup odol merah. Sedangkan pada papan peraga baru 4, maka tambahkan 2 tutup odol merah dan 2 tutup odol putih





3) Keluarkan 6 tutup odol merah.


dikeluarkan


4) Sisa tinggal 2 tutup odol putih berarti negatif 2.
Jadi 4 – 6 = - 2
c. 4 - (- 6) = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol merah.





2) Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang akan dikeluarkan 6 tutup odol putih. Sedangkan pada papan peraga hanya ada 4 tutup odol merah, maka harus dimasukkan lagi 6 tutup odol merah dan 6 tutup odol putih.





3) Keluarkan 6 tutup odol putih




dikeluarkan
4) Sisa tinggal 10 tutup odol merah berarti positif 10.
Jadi 4 - (- 6) = 10.
d. – 4 – (- 6) = ...... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol putih.



2) Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus diambil 6 tutup odol putih. Sedangkan pada papan peraga baru 4 tutup odol putih, maka harus dimasukkan lagi 2 tutup odol putih dan 2 tutup odol merah.





3) Keluarkan 6 tutup odol putih




Dikeluarkan
4) Sisa tinggal 2 tutup odol merah berarti positif 2.
Jadi – 4 – (- 6) = 2
e. - 4 – 6 = .......... ?
Peragaan:
1) Masukkan 4 tutup odol putih




2) Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus diambil 6 tutup odol merah, sedangkan yang ada 4 tutup odol putih, maka harus dimasukkan lagi 6 tutup odol putih dan 6 tutup odol merah.



3) Keluarkan 6 tutup odol merah.


dikeluarkan
Sisa tinggal 10 tutup odol putih berarti negatif 10.
Jadi - 4 – 6 = - 10.
f. 6 – (- 4) = .......... ?
Peragaan:
1) Masukkan 6 tutup odol merah



2) Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus diambil 4 tutup odol putih, sedangkan pada papan peraga hanya 6 tutup odol merah, maka masukkan lagi 4 tutup odol merah dan 4 tutup odol putih




3) Keluarkan 4 tutup odol putih.


dikeluarkan

4) Sisa tinggal 10 tutup odol merah berarti positif 10.
Jadi 6 – (- 4) = 10.
g. - 6 – 4 = ....... ?
Peragaan:
1) Masukkan 6 tutup odol putih



2) Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus dikeluarkan 4 tutup odol merah, sedangkan pada papan peraga hanya 6 tutup odol putih, maka harus dimasukkan lagi 4 tutup odol putih dan 4 tutup odol merah.


3) Keluarkan 4 tutup odol merah.


dikeluarkan
4) Sisa tinggal 10 tutup odol putih berarti negatif 10.

PENGGUNAAN PAPAN MAGNETIK PADA OPERASI PERKALIAN
Langkah-langkah Kegiatan:
1. Pajangkan papan peraga
2. Tuliskan soal pada bagian operasi sehingga tampak seperti gambar di bawah ini !







Gambar 2.7 Peragaan Perkalian

3. Bimbinglah siswa untuk melakukan peragaan dengan perintah sebagai berikut:
a. Pasanglah 5 buah tutup odol sebanyak 3 kali. Sehingga tampak seperti berikut ini





b. Berapa kali kamu memasang tutup odol sebanyak 5 buah ? (3 kali).
c. Hitunglah jumlah tutup odol pada papan peraga! (Jumlah 15 buah)
d. Jadi 3 x 5 = 5 + 5 + 5
= 15
3 x 5 = 15
4. Tulis lagi soal seperti 5 x 3 = ...... ?
Peragaan:
a. Pasanglah 3 tutup odol sebanyak 5 kali sehingga tampak seperti gambar di bawah ini:




b. Hitung berapa jumlah tutup odol semuanya ? (Jumlah 15 buah)
Jadi 5 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3
5 x 3 = 15
5. Tulis beberapa soal lagi dan biarkan siswa untuk bereksplorasi sehingga mereka dapat menemukan konsep bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang

PENGGUNAAN PAPAN MAGNETIK PADA OPERASI PEMBAGIAN
Langkah-langkah Kegiatan:
3. Pajangkan papan peraga
4. Tuliskan soal seperti 8 : 4 = .... ?
Sehingga tampak seperti gambar di bawah ini !






Gambar 2.8 Peragaan Pembagian
5. Bimbinglah siswa untuk melakukan eksplorasi dalam meragakan dengan perintah sebagai berikut:
a. Ambil tutup odol sebanyak 8 buah

Sabtu, 10 April 2010

permainan Matematika

PELUANG MATH
Persiapan peralatan
1. Kumpulkan beberapa gelas kertas/plastik dan sedotan. Usahakan untuk mengumpulkan sedotan dengan berbagai warna, minimal tiga warna.
2. Potong sedotan menjadi potongan-potongan kecil sekitar 1cm panjang masing-masing.
3. Guntinglah potongan sedotan tadi secara memanjang supaya potongan sedotan tadi dapat dikaitkan ke gelas. Ingat, potongan sedotan ini nanti akan kita jadikan sebagai tanda.

Contoh penggunaan alat peraga sederhana untuk menjelaskan Kaidah Pencacahan (Aturan Pengisian Tempat):
1. Sembunyikan potongan-potongan sedotan selain warna Merah (M) dan Hijau (H).
2. Mulailah dengan pertanyaan “berapa gelas dapat ditandai jika masing-masing gelas hanya boleh diberi diberi tepat 1 (satu) tanda (sedotan)?”. Jawaban normal nya akan 2 (dua) gelas. 1 gelas ditandai merah dan satu gelas bertanda hijau (H) atau kita simbolkan: M dan H.
3. Selanjutnya tingkatkan jumlah tanda, meminta pertanyaan seperti: “bagaimana jika kita ingin menggunakan tepat dua tanda?” . Jawabannya ada 4 (empat) gelas, MM-MH-HM-HH (ingat, setiap gelas tidak boleh ada yang bertanda sama persis).
4. Tanyakan lagi “bagaimana kalau tepat tiga tanda-tanda?” dimana jawabannya 8. MMM- MHM-HMH-HHM.
5. Generalisasikan dengan mulai menggunakan simbol seperti “bagaimana jika kita menggunakan tanda tepat sejumlah n tanda?”.
6. Petunjuk jawabannya adalah:
7. 2 kali 2 kali 2 ….. n kali
8. 2 pangkat n.
2 dikalikan dengan dirinya sendirinya sejumlah n kali.
9. Ulangi langkah di atas dengan menambah jumlah warna yang dibolehkan misalnya menjadi merah (M), hijau (H) dan biru (B).
Contoh populer yang sering digunakan misalnya adalah pasangan baju dan celana yang dapat dipakai, atau berapa kemungkinan membuat tim pengibar bendera yang terdiri dari tiga orang. Untuk menjelaskan contoh ini, dapat digunakan alat peraga sederhana matematika dengan mengasosiasikan baju-celana dengan sedotan, dan orang yang memakai baju-celana dengan gelas.
Alat peraga ini juga dapat dipakai untuk menjelaskan permutasi dan kombinasi.

Fungsi Media Pembelajaran Matematika

FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

A. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin media yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab , media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran matematika

Media memiliki pengertian fisik dan nonfisik yang sering disebut dengan hadrwere (fisik), dan Softwere(non-fisik).Hardwere yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar,atau diraba dengan panca indra.Misalnya komputer, OhP,Peta konsep. Sedangakan softwere yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa . Misalnya rumus –rumus bangun ruang, teori phytagoras,dll.

B. Fungsi Media Pembelajaran Matematika
Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika dapat menmbangkitkan keinginan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dengan memfaatkan media yang benar memungkinkan siswa dapat menjalankan pembelajaran dengan rasa senang , sehingga keinginan untuk belajar matematika tumbuh dari dalam diri siswa.
Menurut Levie dan Lenzs (1982) Mengemukakan ada beberapa fungsi media pembelaja.Fungsi Atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengerahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau yang menyertainya teks materi pelajaran.
b.Fungsi Afektif dapat menggugah emosi sikap siswa, misalnya informasi yang mneyangkut masalah sosial datau ras.
c.Fungsi kognitif mempelancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris untuk mengekomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Dalam proses pembelajaran matematika penggunaan media pembelajaran mempunyai beberapa manfaat:
1. Memperjelas penyajian pesan dan ionformasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivsasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemampuan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemapuannya.
3. Mengatasi keterbatasan indera , ruang dan waktu;
a. Objek yang terlalu besar dapat ditampilkan langsung diruang kelas depat diganti dengan gambar, foto, slide, realita. film, radio atau model.misalnya Untuk menghitung luas sebuah pulau guru dapat menampilkan sebuah peta atau gambar ,tampa harus menghitung objek yang sebenarnya.
b. Objek yang terlalu kecil .yang tidak tanpak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan milroskop, film,slide, atau gambar.
c. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti kioputer, film, dan video.
4. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa, tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.

C. Jenis Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pengetahuan dari pendidik (sumber informasi) kepada siswa (penerima informasi ) dalam pembelajaran matematika. yang paling banyak digunakan dalam pembelajran matematika yaitu media cetak, media elektronik, media model dan petakonsep. berikut beberapa jenis media yang digunakan dalam pembelajaran matematika ;
Media Cetak
Media cetak merupakan media yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi,dengan menggunakan media ini pembelajaran akan berjalan dengan mudah karena materi yang akan diajarkan sudah tersedia .adapun beberapa jenis media cetak ,yaitu:
Buku Pelajaran yaitu buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Diktat yaitu materi pelajaran yang disusun oleh guru .
Makalah yaitu salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membahas tentang suatu tema tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan.

Media Elektronik
Media yang digunakan dengan bantuan alat-alat elektronik ,misalnya kartulator, OHP, TV, DVD ,VCD dan komputer,.Dalam penggunaan media elekronik biasanya data disusun dalam benuk vidio, gambar, gambar animasi atau sebuah film pendek. Penggunaan media elektronik biasanya digunakan sebagai penekanaan pada materi mata pelajaran yang penting yang harus di mengerti oleh siswa, misalnya dengan menggunakan video guru dapat menjelaskan bagaimana pengaplikasian rumus intergral pada saat proses terbang pada pesawat. Atau dengan menggunakan MATLAB guru dapat mengajarkan membuat bangun intergral dengan menentukan titik kordinatnya.
Ada beberapa program komputer yang digunakan sebagai media pembelajaran matematika, yaitu;
Microsoft Excel yang disingkat Excel adalah program aplikasi yang banyak digunakan untuk membantu menghitung, menganalisa, dan menyajikan data secara otomatis sehingga ia sangat cocok digunakan sebagai media pembelajaran topik Statistika ,Peluang, Matrix dll.
Msatematika Lab adalah sebuah program yang dapat digunakan utuk menggambarkan bangun ruang atau grafif pada diagram kertesius dengan menentukan titik kordinatnya . program ini dapar digunakan untuk topik persamaan linier, intergral, dll.
Microsoft Powerpoin adalah sebuah program yang dapat digunakan untuk mepresentasikan materi pelajaran yang akan diajarkan .Dengan menggunakan powerpoin ini pendidik dapat menambahkan aplikasi pembelajaran matematika seperti gambar model instrumen, grafik, diagram, dan memungkinkan juga menambahkan audio agar pembelajaran lebih menarik perhatian sisiwa.
Media Peta Konsep
Media peta konsep bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah (Pandley,dkk. 1994). Petakonsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaitu dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran .
Dengan menggunakan bantuan peta konsep perlajaran akan bejalan dengan sitematis senhingga ini memudahkan dalam proses pemahaman pembelajaran dan apabila tingkat pemahaman siswa meningkat maka hal ini dapat juga menigkatkan hasil belajar, Peta konsep merupakan media yang akan mengarahkan siswa agar memperoleh pelajaran bukan hanya sekedar menghafal melainkan juga mengindentifikasi konsep yang diperoleh, dengan kata lain peta konsep menyediakan skema-skema untuk menganalitis stimulus-stimulus baru dan untuk menentukan hubungan dalam di dalam dan di antara kategori-kategori dalam suatu materi pelajaran..
Media pelajaran matematika merupakan sarana untuk menyampaikan informasi pelajaran matematika , namun dalam prakteknya dalam proses pembelajaran juga memerlukan alat peraga.
Alat peraga adalah alat atau peraga yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata /kongkrit. Dalam proses pembelajaran alat peraga terbagi menjadi dua bentuk yaitu alat non material dan alat material .Alat non material berupa perintah,suruhan, larangan dan nasehat,dll,sedangkan alat material yaitu alat yang berbentuk seperti bangun balok, segetiga, prisma, jajar genjang, bola,globe, dll.




DAFTAR PUSTAKA

mataeksa.blogspot.com/2009/.../media-pelajaran-matematika.html –